Nasi Bungkus Untuk Nenek - Catatan Si Raehan

Latest

About Me


 Klik disini

Selasa, 08 Oktober 2019

Nasi Bungkus Untuk Nenek


Mentari sudah terbangun dari tidurnya, langit pun mulai terang, sinarnya menusuk ke jendela masuk kedalam ruangan yang kecil dan pengap. Burung – burung berkicauan dengan merdu. Hari sudah pagi.

Jaka pun terbangun dari mimpi indahnya. ‘’ uwaahh.... hari sudah pagi.’’ Dengan menyibakkan selimutnya yang kusam dan mengusap matanya. Ia pun menghampiri jendela kecil yang tertutup gorden, lalu ia menggeser gorden dan membuka jendela kecil yang menempel di dinding  dengan cat yang sudah pudar  untuk mendapatkan udara yang segar.

Ia lalu merapikan kasur tipisnya, lalu ia keluar dari kamar kecilnya . Ia berjalan menuju kamar mandi dengan membawa handuk berwarna biru dan peralatan untuk membersihkan tubuhnya. Lalu dia memakai seragam putih dengan dasi biru dan celana birunya . Kemudian jaka merapikan rambut hitamnya dengan rapi dan menyemprotkan pewangi yang diberikan oleh neneknya ke seragam sekolahnya, lalu dia memakai sepatu hitamnya yang sedikit robek.

Sebelum berangkat ke sekolah Jaka pamitan dengan neneknya. Dia berangkat kesekolah hanya dengan jalan kaki dari rumahnya. Jaka harus menempuh jarak sekitar hampir satu kilometer.
Sesampai di sekolah jaka melewati gerbang sekolah yang besar bertuliskan SMPN 1 Kusuma Bhakti, setelah itu jaka melewati halaman sekolah yang luas. Setelah itu Jaka bertemu dengan seseorang. 

Rambutnya hitam tapi juga terdapat rambut yang berwarna putih, terdapat keriput di kulit tangannya, sedikit kecoklatan warna kulitnya, dan memakai baju batik berwarna coklat dengan corak bunga yang indah. Dia adalah salah satu guru di sekolahnya. Yang bernama pak Samin. Jaka pun menyapa guru itu

‘’ Assalamualaikum.... pak Samin.’’

‘’ Wa’alaikum salam..., apakabar nak Jaka?’’

” Alhamdulillah sehat pak.”

“ Bagaimana kabar nenek mu?”

“ Nenek sehat pak.”

“ Alhamdulillah.... salam untuk nenek mu nak Jaka , semoga beliau sehat selalu.”

Jaka lalu berjalan menuju kelasnya. Dia pun masuk kedalam kelasnya yang berada di sebelah kanan kelas IX E. Dia duduk di bangku baris paling depan. Kelasnya terdapat papan tulis putih besar dengan pinggir dilapisi kayu, samping kiri terdapat meja guru yang selalu tertata rapi. Pelajaran pun dimulai, Jaka mengikuti pelajaran dengan serius.

Jaka sebenarnya anak yang rajin dan pandai hanya saja dia dari keluarga yang kurang beruntung. Ayah Jaka sudah lama meninggal saat Jaka dalam kandungan ibunya, Jaka pun ditinggal mati ibunya saat melahirkan Jaka. Jaka diasuh oleh neneknya yang hidup sendiri di sebuah desa yang terpencil jauh dari keramaian kota. Dusun Gupit desa Tegalrejo kabupaten Sleman gunung kidul.

Di desa itulah Jaka tinggal dengan sang nenek dengan hidup yang sangat sederhana, boleh di bilang hidup Jaka dan neneknya sangat pas – pasan. Pulang sekolah sehabis sholat dzuhur  biasanya Jaka membantu neneknya menjual kue keliling dari rumah ke rumah sampai ke desa sebelah. Jaka berjualan hanya sampai menjelang waktu ashar, Jaka pun kembali kerumah, setelah memberikan hasil jualannya kepada sang nenek, Jaka lalu pergi menunaikan sholat ashar. Setelah istirahat sebentar Jaka pun pamitan untuk bekerja di pasar dekat balai desa sebagai kuli angkut di pasar.

Di pasar tersebut Jaka bekerja di tempat pak haji Somad sebagai tukang kuli angkut. Jaka mendapatkan upah sebagai kuli angkut di tempat pak haji Somad sebesar sepuluh ribu rupiah perhari, tetapi kali ini Jaka mendapatkan upah lebih banyak dari biasanya karena saat itu toko pak Somad kedatangan banyak barang. Upah yang di dapatkan Jaka biasanya ia belikan makanan untuk di makan nanti malam dan sisanya ia berikan kepada neneknya. Biasanya Jaka pulang jam lima sore, tetapi kali ini Jaka pulang lebih lama setengah jam dari biasanya. Karena hari ini Jaka mendapatkan uang lebih, maka Jaka membelikan nasi dan lauk yang lebih lengkap dari biasanya berharap neneknya akan senang. Jaka pun pulang dengan wajah yang sangat senang.

Dari kejauhan Jaka melihat banyak orang berkumpul di depan rumahnya, lalu ia sempat terdiam dan berkata dalam hati “ ada apa... , kok ramai sekali di depan rumahku?” “ ya Allah.. ,semoga neneku dalam keadaan baik - baik saja.” Jaka pun mempercepat langkahnya,semakin dekat semakin berdeguk kencang jantungnya, sesampainya di depan rumah Jaka tambah berdeguk kencang jantungnya. Dalam pikirannya dia bertanya – tanya “ada apa ini...?, ada apa dengan nenekku?” Pak RT pun menghampirinya,

“ nak Jaka, yang sabar ya.. , yang tabah.. , nenek mu sudah tiada.”

“ ada apa pak..? ada apa pak dengan nenek ku?”

“ nenek mu sudah meninggal... , tadi setelah sholat ashar.”

“ Jaka pun berlari kedalam rumah menemui sang nenek yang sudah meninggal.”

Nasi bungkus yang dibawanya pun masih berada di genggaman tangannya. Jaka pun sangat sedih, berharap bahwa neneknya masih hidup dan makan  nasi bungkus yang di bawanya. Rasa kecewa menyelimuti dirinya padahal dia berharap saat ini neneknya bisa menikmati makanan enak yang di belinya tadi.Jaka berharap neneknya bisa berbahagia di surga nanti.

Seminggu setelah kepergian neneknya Jaka mengadu nasib di kota seorang diri tanpa teman dan saudara. Di tinggalkannya bangku sekolah Jaka pun mengadu nasib di kota. Dari toko ke toko Jaka pun mencoba mencari pekerjaan di sana, akhirnya pun Jaka mandapatkan sebuah pekerjaan di warung gudeg mbak Sri membantu mencuci piring piring di warung makan tersebut.

Seiring waktu berjalan Jaka pun mencoba membuka usahanya sendiri dari hasil tabungan selama ia bekerja. Usaha yang dilakukan Jaka terus berkembang. Lima tahun kemudian usaha Jaka sangat berkembang pesat. Dia memiliki beberapa toko di beberapa kota besar, Jaka sekarang menjadi seorang yang sukses. Kini Jaka hidup layak dan serba berkecukupan. Jaka menjadi seorang yang dermawan dan selalu membantu orang – orang yang bernasib sepertinya dulu.

Suatu hari Jaka kembali ke kampung halamannya untuk pergi ke makam neneknya sambil membawa dua bungkus nasi dengan lauk yang sangat istimewa. Sesampai di makam neneknya dia berdoa. Setelah berdoa dia pun membuka dua bungkus nasi yang di bawanya, nasi dengan lauk yang sama seperti waktu ia beli untuk sang nenek.






__________S E L E S A I__________







1 komentar: