Mentari
sudah terbangun dari tidurnya, langit pun mulai terang, sinarnya menusuk ke
jendela masuk kedalam ruangan yang kecil dan pengap. Burung – burung berkicauan
dengan merdu. Hari sudah pagi.
Jaka
pun terbangun dari mimpi indahnya. ‘’ uwaahh.... hari sudah pagi.’’ Dengan menyibakkan
selimutnya yang kusam dan mengusap matanya. Ia pun menghampiri jendela kecil
yang tertutup gorden, lalu ia menggeser gorden dan membuka jendela kecil yang
menempel di dinding dengan cat yang
sudah pudar untuk mendapatkan udara yang
segar.
Ia
lalu merapikan kasur tipisnya, lalu ia keluar dari kamar kecilnya . Ia berjalan
menuju kamar mandi dengan membawa handuk berwarna biru dan peralatan untuk
membersihkan tubuhnya. Lalu dia memakai seragam putih dengan dasi biru dan
celana birunya . Kemudian jaka merapikan rambut hitamnya dengan rapi dan
menyemprotkan pewangi yang diberikan oleh neneknya ke seragam sekolahnya, lalu
dia memakai sepatu hitamnya yang sedikit robek.
Sebelum
berangkat ke sekolah Jaka pamitan dengan neneknya. Dia berangkat kesekolah
hanya dengan jalan kaki dari rumahnya. Jaka harus menempuh jarak sekitar hampir
satu kilometer.
Sesampai
di sekolah jaka melewati gerbang sekolah yang besar bertuliskan SMPN 1 Kusuma
Bhakti, setelah itu jaka melewati halaman sekolah yang luas. Setelah itu Jaka
bertemu dengan seseorang.
Rambutnya hitam tapi juga terdapat rambut yang
berwarna putih, terdapat keriput di kulit tangannya, sedikit kecoklatan warna
kulitnya, dan memakai baju batik berwarna coklat dengan corak bunga yang indah.
Dia adalah salah satu guru di sekolahnya. Yang bernama pak Samin. Jaka pun
menyapa guru itu
‘’
Assalamualaikum.... pak Samin.’’
‘’
Wa’alaikum salam..., apakabar nak Jaka?’’
”
Alhamdulillah sehat pak.”
“
Bagaimana kabar nenek mu?”
“
Nenek sehat pak.”
“
Alhamdulillah.... salam untuk nenek mu nak Jaka , semoga beliau sehat selalu.”
Jaka
lalu berjalan menuju kelasnya. Dia pun masuk kedalam kelasnya yang berada di
sebelah kanan kelas IX E. Dia duduk di bangku baris paling depan. Kelasnya
terdapat papan tulis putih besar dengan pinggir dilapisi kayu, samping kiri
terdapat meja guru yang selalu tertata rapi. Pelajaran pun dimulai, Jaka
mengikuti pelajaran dengan serius.
Jaka
sebenarnya anak yang rajin dan pandai hanya saja dia dari keluarga yang kurang
beruntung. Ayah Jaka sudah lama meninggal saat Jaka dalam kandungan ibunya,
Jaka pun ditinggal mati ibunya saat melahirkan Jaka. Jaka diasuh oleh neneknya
yang hidup sendiri di sebuah desa yang terpencil jauh dari keramaian kota.
Dusun Gupit desa Tegalrejo kabupaten Sleman gunung kidul.
Di
desa itulah Jaka tinggal dengan sang nenek dengan hidup yang sangat sederhana,
boleh di bilang hidup Jaka dan neneknya sangat pas – pasan. Pulang sekolah sehabis
sholat dzuhur biasanya Jaka membantu
neneknya menjual kue keliling dari rumah ke rumah sampai ke desa sebelah. Jaka
berjualan hanya sampai menjelang waktu ashar, Jaka pun kembali kerumah, setelah
memberikan hasil jualannya kepada sang nenek, Jaka lalu pergi menunaikan sholat
ashar. Setelah istirahat sebentar Jaka pun pamitan untuk bekerja di pasar dekat
balai desa sebagai kuli angkut di pasar.
Di
pasar tersebut Jaka bekerja di tempat pak haji Somad sebagai tukang kuli angkut.
Jaka mendapatkan upah sebagai kuli angkut di tempat pak haji Somad sebesar
sepuluh ribu rupiah perhari, tetapi kali ini Jaka mendapatkan upah lebih banyak
dari biasanya karena saat itu toko pak Somad kedatangan banyak barang. Upah
yang di dapatkan Jaka biasanya ia belikan makanan untuk di makan nanti malam
dan sisanya ia berikan kepada neneknya. Biasanya Jaka pulang jam lima sore, tetapi
kali ini Jaka pulang lebih lama setengah jam dari biasanya. Karena hari ini
Jaka mendapatkan uang lebih, maka Jaka membelikan nasi dan lauk yang lebih
lengkap dari biasanya berharap neneknya akan senang. Jaka pun pulang dengan
wajah yang sangat senang.
Dari
kejauhan Jaka melihat banyak orang berkumpul di depan rumahnya, lalu ia sempat
terdiam dan berkata dalam hati “ ada apa... , kok ramai sekali di depan
rumahku?” “ ya Allah.. ,semoga neneku dalam keadaan baik - baik saja.” Jaka pun
mempercepat langkahnya,semakin dekat semakin berdeguk kencang jantungnya,
sesampainya di depan rumah Jaka tambah berdeguk kencang jantungnya. Dalam
pikirannya dia bertanya – tanya “ada apa ini...?, ada apa dengan nenekku?” Pak
RT pun menghampirinya,
“
nak Jaka, yang sabar ya.. , yang tabah.. , nenek mu sudah tiada.”
“
ada apa pak..? ada apa pak dengan nenek ku?”
“
nenek mu sudah meninggal... , tadi setelah sholat ashar.”
“
Jaka pun berlari kedalam rumah menemui sang nenek yang sudah meninggal.”
Nasi
bungkus yang dibawanya pun masih berada di genggaman tangannya. Jaka pun sangat
sedih, berharap bahwa neneknya masih hidup dan makan nasi bungkus yang di bawanya. Rasa kecewa
menyelimuti dirinya padahal dia berharap saat ini neneknya bisa menikmati
makanan enak yang di belinya tadi.Jaka berharap neneknya bisa berbahagia di
surga nanti.
Seminggu
setelah kepergian neneknya Jaka mengadu nasib di kota seorang diri tanpa teman
dan saudara. Di tinggalkannya bangku sekolah Jaka pun mengadu nasib di kota.
Dari toko ke toko Jaka pun mencoba mencari pekerjaan di sana, akhirnya pun Jaka
mandapatkan sebuah pekerjaan di warung gudeg mbak Sri membantu mencuci piring
piring di warung makan tersebut.
Seiring
waktu berjalan Jaka pun mencoba membuka usahanya sendiri dari hasil tabungan
selama ia bekerja. Usaha yang dilakukan Jaka terus berkembang. Lima tahun
kemudian usaha Jaka sangat berkembang pesat. Dia memiliki beberapa toko di
beberapa kota besar, Jaka sekarang menjadi seorang yang sukses. Kini Jaka hidup
layak dan serba berkecukupan. Jaka menjadi seorang yang dermawan dan selalu
membantu orang – orang yang bernasib sepertinya dulu.
Suatu
hari Jaka kembali ke kampung halamannya untuk pergi ke makam neneknya sambil
membawa dua bungkus nasi dengan lauk yang sangat istimewa. Sesampai di makam
neneknya dia berdoa. Setelah berdoa dia pun membuka dua bungkus nasi yang di
bawanya, nasi dengan lauk yang sama seperti waktu ia beli untuk sang nenek.
__________S E L E S A I__________
Terimakasih telah mengunjungi blog ini
BalasHapus